Rabu, 08 Februari 2012

Hilangnya Sebuah Senyuman

Ku tak ingin lagi berharap bulan menerangi sang malam
Ku tak ingin lagi berharap mentari dapat memberikan kehangatan
Hati ku sudah diselimuti awan hitam
Derai air mata laksana hujan
Tak lagi ada harapan
Karena hilangnya sebuah senyuman
****
Kurang lebih tiga tahun sudah aku menempuh study di kota yang dijuluki seribu sungai ini, pahit dan getirnya kehidupan sudah kurasakan.
Kulalui hari dengan menyibukkan diri dalam berbagai kegiatan kampus Hari-hariku berbeda sejak Lita ade angkat ku waktu SMA juga berstudy dikota ini aku tambah bersemangat mengarungi hidup dia yang selalu memberikan motivasi dan semangat.
Hari ini tak berbeda dengan hari biasanya, semua orang sibuk dengan aktivitasnya, begitu juga diriku yang disibukkan dengan seabrek kegiatan di kampus.
Matahari jingga terlihat di ufuk barat, jam ditanganku menunjukkan jam 18.00 wita aku pun bergegas untuk segera pulang.
Ku percepat langkah kakiku menelusuri jalan yang berliku dan penuh kerikil tajam, lelah tak lagi kurasakan, keringat mulai membasahi sekujur tubuh, terlintas dalam benakku sosok perempuan muda nan cantik menyambutku dengan manja seraya tersenyum.
Senyum yang selalu tercipta dari bibir mungilnya, yang selalu memberikan semangat hidup di setiap saat.
Kulihat Alein, Dimas, Aries, dan fari teman sekost ku sedang asyik bercanda di berenda. Aku pun segera masuk tanpa menghiraukan mereka, mataku pun mencari-cari sesuatu yang belum ketemukan sejak kakiku memasuki areal kost.
Ku lihat kost putri disebelah tempat Adhe ku tinggal masih kosong, dalam hatiku timbul pertanyaan dimana Lita? Apakah dia masih belum datang dari kampus?. Atau jangan-jangan sesuatu terjadi padanya?
Aku segera membuang pikiran negatif padanya, dalam kecemasan aku berdo’a dan berharap semoga tidak terjadi apa-apa pada dirinya.


Senja pun berganti malam, semelir angin yang menyentuh dedaunan seakan mendendangkan syair-syair kerinduan.
Di berenda rumah aku duduk menyendiri sambil menulis puisi sekedar menghilangkan kebosanan.
Sedangkan teman-teman sekost ku sedang ada acara dikampus malam ini, semula mereka ingin mengajakku, tapi karena mereka tahu aku kecapean habis ada kegiatan seharian dikampus , mereka pun mengurungkan niatnya.
Tak berselang lama Lita menghampiri, namun kulihat ada sesuatu berbeda di wajah Lita.
Nampak tergambar raut kesedihan diwajahnya, tatapan matanya begitu hambar, senyumannya tak semanis biasanya tak terlihat ada gairah dalam dirinya.Entah apa gerangan dialaminya saat ini, sehingga membuatnya demikian.
Bang, malam ini begitu sepi ya? Lita mulai membuka percakapan
Ya, gitu dech? Jawabku
Bang, boleh aku cerita lanjutnya
Kalau semua itu bisa membuatmu ceria kembali kataku
Lita bingung bang! Katanya kembali
Kenapa bingung? Hidup ini ngga harus bingung.
Abang kan tau sama Firhan! Katanya
Iya, Abang tau. Orang yang mengejar sejak kamu SMA kan.
Teman-teman bilang, kalau Lita selalu memberikan harapan padanya
Nah, lo! Emang benar sich kata mereka? Jawab ku
Buktinya apa bang? Kata Lita
Nadi, yang setiap malam menelpon, terus Dimas teman abang dia juga terjebak dalam permainan perasaan terhadapmu jawab ku
Jadi, Lita harus gimana bang? Tanyanya
Sejenak aku berpikir, setahuku memang setiap laki-laki yang menaruh hati padanya selalu diberikan harapan.
Seandai abang boleh membedakan antara Nadia dengan engkau, engkau itu selalu mengajak seseorang mencintaimu lewat imajinasi sedangkan Nadia, dia mengajak sesorang itu bermain dalam kehidupan yang nyata. Kataku
Maksud abang? Tanya Lita
Ketika orang bilang cinta kepadamu, kau enggan untuk bilang tidak tapi kau beri harapan kepadanya.
Jadi aku salah bang?
Tidak juga jawab ku
Tapi bang, aku sudah memberikan harapan yang semu kepada mereka katanya
Nah, sekarang kau sadar, tentu kau bisa menentukan sikapmu sendiri. Kulihat Lita diam tak bersuara sepatah kata pun lagi, kulihat dia merasa bersalah atas sikapnya.
Untuk sekedar mengisi suasana akupun membaca puisi yang ku buat tadi.

Ketika malam berganti siang
Rubah gelap jadi terang
Ada mimpi yang terlupakan

Saat senyum mulai terbentang
Ada gairah dalam kehidupan
Membawa manusia untuk berjalan

Jangan biarkan kegalauan mengisi jiwa
Sebab ia akan menyiksa
Bawalah raga bergembira
Karena itu penawar duka.

Akhirnya Lita sadar akan sikapnya selama ini yang membuat orang yang mencintainya selalu berharap untuk mendapatkannya. mengerti akan kejadian semua ini.
Kini senyum itu kembali menghias bibirnya, hilang sudah ke risauan yang ada. Aku pun bahagia menemukan senyuman itu kembali.
Kulirik jam tanganku sudah menunjukkan jam 22.00 wita, dia pun ku anjurkan untuk pulang karena malam sudah larut, dia pamit untuk segera pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar